Rabu, 18 Desember 2013

KERAJAAN ISLAM SAMUDRA PASAI


MAKALAH
SEJARAH ISLAM INDONESIA
MUNCULNYA KERAJAAN ISLAM SAMUDRA PASAI


Di susun oleh:
Tri Mashudi 

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT. Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Munculnya Kerajaan Islam Samudra Pasai” ini dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia juga untuk memberikan tambahan wawasan kepada pembaca mengenai Kerajaan Islam Samudra Pasai. Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal tersebut.
Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan kecil yang dilakukan dengan CINTA yang BESAR.

Salatiga,  September 2013

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia semakin mendukung penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Indonesia. Dengan adanya islamisasi wilayah di Sumatera pada permulaan abad ke-7 M, mengakibatkan munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Salah satu kerajaan tersebut adalah kerajaan Islam Samudra Pasai yang muncul pada awal atau pertengahan abad ke-13 M.
B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Munculnya Kerajaan Islam Samudra Pasai
2.      Raja-raja Kerajaan Islam Samudra Pasai
3.      Masa kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
C.      TUJUAN
1.      Mengetahui dan memahami munculnya kerajaan Islam Samudra Pasai
2.      Mengetahui dan memahami raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Samudra Pasai
3.      Mengetahui dan memahami masa kemunduran Kerajaan Samudra Pasai 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Munculnya Kerajaan Islam Samudra Pasai
Muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia semakin mendukung penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Indonesia. Kerajaan di Nusantara mulai muncul pada abad ke-13 M, salah satunya adalah kesultanan/kerajaan Samudra Pasai.[1]
Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini merupakan penyatuan dari kerajaan Samudra dan Pasai yang terletak di pesisir timur laut Aceh. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai, tempat pertama sebagai pusat kerajaan Samudra Pasai adalah Muara Sungai Peusangan/Pase, sebuah sungai yang cukup panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu dan kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M. Hal tersebut sebagai proses hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 M. Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur Sultan Malik yang terbuat dari granit dan cacatan perjalanan Ibnu Battuta. Dari nisan tersebut dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H atau 1297 M.[2]
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di Samudra Pasai pada abad ke-13 M, didukung oleh berita Cina dan pendapat Ibnu Battuta seorang pengembara asal Maroko. Ibnu Battuta mengatakan bahwa Islam hampir seabad lamanya disiarkan disana. Ia meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati dan semangat keagamaan raja dan rakyatnya. Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudra Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan masa suram peranan maritim kerajaan Sriwijaya di Palembang. Dengan kata lain, kekuasaan di kawasan Sumatra dan sekitarnya dikuasai oleh kerajaan Samudra Pasai.
Dari segi ekonomi, kerajaan Samudra pasai merupakan kerajaan maritim, sehingga tidak mempunyai basis agraris. Kerajaan Samudra Pasai lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan dan pelayaran. Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar. Mata uang yang digunakan di Samudra Pasai adalah mata uang dirham.[3]
Dari segi geografis dan sosial ekonomi, Samudra Pasai merupakan suatu daerah yang penting sebagai penghubung antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Ini merupakan pusat perdangan yang penting. Dengan adanya mata uang, membuktikan bahwa kerajaan Samudra Pasai pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.

B.      Raja-Raja Kerajaan Islam Samudra Pasai
1.      Malik al-Saleh (1207 M)
Malik al-Saleh atau Meurah Silu merupakan pendiri kerajaan Samudra Pasai. Hal tersebut diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan hasil penelitian dari sarjana-sarjana Barat, khususnya sarjana Belanda seperti Snouck Hurgronye. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Meurah Silu. Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik al-Saleh.[4] Meurah Silu atau malik al-Saleh adalah putera dari Meurah Gajah. Nama Meurah Silu merupakan gelar bangsawan yang lazim di Sumatra Utara. Kepemimpinannya yang menonjol menempatkan dirinya menjadi raja/sultan di kerajaan Samudra Pasai.
2.      Al-Malikush Zhahir I (1297-1326 M)
Al-Malikush Zhahir I adalah putera dari Malik al-Saleh. Menurut sejarah Melayu, Malik al-Saleh mempunyai dua putra, yaitu Al-Malikush Zhahir dan Al-Malikush Manshur.[5] Dengan demikian, yang mengganti tahta raja kerajaan Samudra Pasai setelah Malik al-Saleh adalah Al-Malikush Zhahir I.
3.      Al-Malikush Zhahir II (1326-1348 M)
Sultan kerajaan Samudra Pasai yang ketiga bernama Raja Ahmad, raja ini   bergelar Al-Malikush Zhahir II. Dalam catatan Ibnu Battuta, Al-Malikush Zhahir merupakan raja yang sangat teguh memegang agama dan baginda bermazhab Syafi’i. Baginda suka sekali mengembangkan agama ke negeri-negeri yang berdekatan dan negeri yang belum memeluk agama Islam.
Selain kemajuan agama Islam dan mazhab Syafi’inya, sultan Zhahir II juga mempunyai armada kapal dagang yang besar. Zhahir II sangat baik hati terhadap para pedagang yang berdagang di negerinya dan terhadap para ulama Islam. Oleh karena itulah, samudra Pasai menjadi sebuah bandar yang besar dalam perniagaan dan menjadi pusat studi agama Islam. Tetapi dalam bidang politik, Samudra Pasai mengalami masa kemunduran. Itu terjadi karena lebih mementingkan studi Islam.[6]
4.      Zainal Abidin (± 1350 M)
Setelah Malikush Zhahir II yang bijaksana itu meninggal, maka naik putranya Zainal Abidin menjadi raja Samudra Pasai. Zainal Abidin menjadi raja pada usia yang masih kecil, sehingga yang menjalankan pemerintahan tinggalah pembesar-pembesar kerajaan saja. Terasa kekosongan di kerajaan, karena meninggalnya Al-Malikush Zhahir II.

C.      Masa Kemunduran Kerajaan Islam Samudra Pasai
Masa Zainal Abidin adalah masa kemunduran kerajaan Samudra Pasai. Pada masa ini, terjadi ketegangan antara Kerajaan Siam dengan Kerajaan Samudra Pasai. Hal tersebut dimulai karena Kerajaan Siam menculik Zainal Abidin sebagai sandra atau tawanan. Dengan kata lain, kerajaan Samudra Pasai telah tunduk kepada Kerajaan Siam dengan membayar upah atau bunga emas.
Di masa ini juga, angkatan perang Majapahit menyerbu kerajaan Samudra Pasai. Maka dari itulah kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran. Setelah itu, kerajaan Samudra Pasai ada sampai pada tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun. Kemudian pada tahun 1524 M kerajaan Samudra Pasai dianeksasi oleh Raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya, kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[7] Jadi, kerajaan Samudra Pasai sudah tidak ada lagi, dan digantikan oleh kerajaan/kesultanan yang baru yaitu kesultanan Aceh.



BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP


A.      KESIMPULAN
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M. Raja pertama atau pendiri kerajaan Samudra Pasai adalah Malik al-Saleh. Raja-raja yang pernah memimpin kerajaan ini adalah Malik-al-Saleh (1207 M), Al-Malikush Zhahir I (1297-1326 M), Al-Malikush Zhahir II (1326-1348 M) dan Zainal Abidin (± 1350 M).
Masa kemunduran kerajaan Samudra Pasai terjadi karena serangan dari kerajaan Siam dan dari Kerajaan Majapahit. Hal lain memperburuk masalah karena serangan dari Portugis selama tiga tahun. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung samapai tahun 1524 M. Setelah itu, kerajaan Samudra Pasai berada di dibawah pengaruh kesultanan Aceh.
B.      PENUTUP
Sekian makalah yang dapat saya buat, saya sangat menyadari keterbatasan saya sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya saya. Oleh karena itu, apabila karya saya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, saya mohon maaf yang seikhlasnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah saya ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan para pembaca dan saya juga berharap makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1992.  Sejarah Ummat Islam Indonesia. Jakarta: MUI.
Hamka. 1961. Sejarah Peradaban Islam Jilid IV. Jakarta: Bulan Bintang.
Supriyadi, Andi. 2012. IPS Terpadu Sejarah. Sukoharjo: CV. Sindunata.
Yatim, Badri. 1999. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



[1] Andi Supriyadi, IPS Terpadu Sejarah, Sukoharjo: CV. Sindunata, 2012, hlm. 40.
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hlm. 205.
[3] Ibid. hlm. 207.
[4] Ibid. hlm 205-206.
[5] Hamka, Sejarah Peradaban Islam Jilid IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1961, hlm. 79.
[6] Ibid. hlm. 80-82.
[7] Taufik Abdullah, Sejarah Ummat Islam Indonesia, Jakarta: MUI, 1992, hlm. 55.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar