MAKALAH
SEJARAH ISLAM INDONESIA
MUNCULNYA KERAJAAN ISLAM SAMUDRA
PASAI
Di susun oleh:
Tri Mashudi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang
cukup untuk mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT.
Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah
kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Munculnya Kerajaan Islam Samudra
Pasai” ini dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia juga untuk memberikan
tambahan wawasan kepada pembaca mengenai Kerajaan Islam Samudra Pasai. Sehingga
menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal tersebut.
Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan
kecil yang dilakukan dengan CINTA yang BESAR.
Salatiga, September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia semakin mendukung penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah
di Indonesia. Dengan adanya islamisasi wilayah di Sumatera pada permulaan abad
ke-7 M, mengakibatkan munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Salah satu kerajaan
tersebut adalah kerajaan Islam Samudra Pasai yang muncul pada awal atau
pertengahan abad ke-13 M.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Munculnya Kerajaan Islam
Samudra Pasai
2. Raja-raja Kerajaan Islam
Samudra Pasai
3. Masa kemunduran Kerajaan
Samudra Pasai
C.
TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami
munculnya kerajaan Islam Samudra Pasai
2. Mengetahui dan memahami
raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Samudra Pasai
3. Mengetahui dan memahami masa
kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya Kerajaan Islam Samudra
Pasai
Muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan
di Indonesia semakin mendukung penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di
Indonesia. Kerajaan di Nusantara mulai muncul pada abad ke-13 M, salah satunya
adalah kesultanan/kerajaan Samudra Pasai.[1]
Samudra Pasai adalah kerajaan
Islam pertama di Indonesia yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini
merupakan penyatuan dari kerajaan Samudra dan Pasai yang terletak di pesisir
timur laut Aceh. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai, tempat pertama sebagai
pusat kerajaan Samudra Pasai adalah Muara Sungai Peusangan/Pase, sebuah sungai
yang cukup panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu
dan kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Kemunculannya
sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M.
Hal tersebut sebagai proses hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 M. Bukti berdirinya
kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur
Sultan Malik yang terbuat dari granit dan cacatan perjalanan Ibnu Battuta. Dari
nisan tersebut dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada
bulan Ramadhan tahun 696 H atau 1297 M.[2]
Pendapat bahwa Islam sudah
berkembang di Samudra Pasai pada abad ke-13 M, didukung oleh berita Cina dan
pendapat Ibnu Battuta seorang pengembara asal Maroko. Ibnu Battuta mengatakan
bahwa Islam hampir seabad lamanya disiarkan disana. Ia meriwayatkan kesalehan,
kerendahan hati dan semangat keagamaan raja dan rakyatnya. Samudra Pasai
merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari
berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan
keduniaan.
Dari segi politik, munculnya
kerajaan Samudra Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan masa suram peranan
maritim kerajaan Sriwijaya di Palembang. Dengan kata lain, kekuasaan di kawasan
Sumatra dan sekitarnya dikuasai oleh kerajaan Samudra Pasai.
Dari segi ekonomi, kerajaan
Samudra pasai merupakan kerajaan maritim, sehingga tidak mempunyai basis
agraris. Kerajaan Samudra Pasai lebih menitikberatkan pada sektor perdagangan
dan pelayaran. Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan
sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan
pajak yang besar. Mata uang yang digunakan di Samudra Pasai adalah mata uang
dirham.[3]
Dari segi geografis dan
sosial ekonomi, Samudra Pasai merupakan suatu daerah yang penting sebagai
penghubung antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia,
India, Cina dan Arab. Ini merupakan pusat perdangan yang penting. Dengan adanya
mata uang, membuktikan bahwa kerajaan Samudra Pasai pada saat itu merupakan
kerajaan yang makmur.
B.
Raja-Raja Kerajaan Islam Samudra Pasai
1. Malik al-Saleh (1207 M)
Malik al-Saleh atau Meurah
Silu merupakan pendiri kerajaan Samudra Pasai. Hal tersebut diketahui melalui
tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan hasil penelitian
dari sarjana-sarjana Barat, khususnya sarjana Belanda seperti Snouck Hurgronye.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Saleh sebelum
menjadi raja adalah Meurah Silu. Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan
Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah yang kemudian memberinya gelar Sultan
Malik al-Saleh.[4] Meurah
Silu atau malik al-Saleh adalah putera dari Meurah Gajah. Nama Meurah Silu merupakan
gelar bangsawan yang lazim di Sumatra Utara. Kepemimpinannya yang menonjol
menempatkan dirinya menjadi raja/sultan di kerajaan Samudra Pasai.
2. Al-Malikush Zhahir I
(1297-1326 M)
Al-Malikush Zhahir I adalah
putera dari Malik al-Saleh. Menurut sejarah Melayu, Malik al-Saleh mempunyai
dua putra, yaitu Al-Malikush Zhahir dan Al-Malikush Manshur.[5]
Dengan demikian, yang mengganti tahta raja kerajaan Samudra Pasai setelah Malik
al-Saleh adalah Al-Malikush Zhahir I.
3. Al-Malikush Zhahir II
(1326-1348 M)
Sultan kerajaan Samudra Pasai
yang ketiga bernama Raja Ahmad, raja ini
bergelar Al-Malikush Zhahir II. Dalam catatan Ibnu Battuta, Al-Malikush
Zhahir merupakan raja yang sangat teguh memegang agama dan baginda bermazhab
Syafi’i. Baginda suka sekali mengembangkan agama ke negeri-negeri yang
berdekatan dan negeri yang belum memeluk agama Islam.
Selain kemajuan agama Islam
dan mazhab Syafi’inya, sultan Zhahir II juga mempunyai armada kapal dagang yang
besar. Zhahir II sangat baik hati terhadap para pedagang yang berdagang di
negerinya dan terhadap para ulama Islam. Oleh karena itulah, samudra Pasai
menjadi sebuah bandar yang besar dalam perniagaan dan menjadi pusat studi agama
Islam. Tetapi dalam bidang politik, Samudra Pasai mengalami masa kemunduran.
Itu terjadi karena lebih mementingkan studi Islam.[6]
4. Zainal Abidin (± 1350 M)
Setelah Malikush Zhahir II
yang bijaksana itu meninggal, maka naik putranya Zainal Abidin menjadi raja
Samudra Pasai. Zainal Abidin menjadi raja pada usia yang masih kecil, sehingga
yang menjalankan pemerintahan tinggalah pembesar-pembesar kerajaan saja. Terasa
kekosongan di kerajaan, karena meninggalnya Al-Malikush Zhahir II.
C.
Masa Kemunduran Kerajaan Islam Samudra Pasai
Masa Zainal Abidin adalah
masa kemunduran kerajaan Samudra Pasai. Pada masa ini, terjadi ketegangan
antara Kerajaan Siam dengan Kerajaan Samudra Pasai. Hal tersebut dimulai karena
Kerajaan Siam menculik Zainal Abidin sebagai sandra atau tawanan. Dengan kata
lain, kerajaan Samudra Pasai telah tunduk kepada Kerajaan Siam dengan membayar
upah atau bunga emas.
Di masa ini juga, angkatan
perang Majapahit menyerbu kerajaan Samudra Pasai. Maka dari itulah kerajaan
Samudra Pasai mengalami kemunduran. Setelah itu, kerajaan Samudra Pasai ada
sampai pada tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukkan oleh
Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun. Kemudian pada tahun 1524 M
kerajaan Samudra Pasai dianeksasi oleh Raja Aceh, Ali Mughayatsyah.
Selanjutnya, kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang
berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[7]
Jadi, kerajaan Samudra Pasai sudah tidak ada lagi, dan digantikan oleh
kerajaan/kesultanan yang baru yaitu kesultanan Aceh.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Samudra Pasai adalah
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini merupakan kerajaan kembar.
Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya diperkirakan
mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M. Raja pertama atau pendiri kerajaan
Samudra Pasai adalah Malik al-Saleh. Raja-raja yang pernah memimpin kerajaan
ini adalah Malik-al-Saleh (1207 M), Al-Malikush Zhahir I (1297-1326 M),
Al-Malikush Zhahir II (1326-1348 M) dan Zainal Abidin (± 1350 M).
Masa kemunduran kerajaan
Samudra Pasai terjadi karena serangan dari kerajaan Siam dan dari Kerajaan
Majapahit. Hal lain memperburuk masalah karena serangan dari Portugis selama
tiga tahun. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung samapai tahun 1524 M. Setelah
itu, kerajaan Samudra Pasai berada di dibawah pengaruh kesultanan Aceh.
B. PENUTUP
Sekian makalah
yang dapat saya buat, saya sangat menyadari keterbatasan saya sebagai manusia
yang tentunya berpengaruh pada hasil karya saya. Oleh karena itu, apabila karya
saya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, saya mohon maaf
yang seikhlasnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah saya ini bermanfaat
serta dapat menambah wawasan para pembaca dan saya juga berharap makalah ini
dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih
atas perhatian dan partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1992.
Sejarah Ummat Islam Indonesia. Jakarta: MUI.
Hamka. 1961. Sejarah Peradaban Islam Jilid IV. Jakarta:
Bulan Bintang.
Supriyadi, Andi. 2012. IPS Terpadu Sejarah. Sukoharjo:
CV. Sindunata.
Yatim, Badri. 1999. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
[1] Andi
Supriyadi, IPS Terpadu Sejarah, Sukoharjo: CV. Sindunata, 2012, hlm. 40.
[2] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999,
hlm. 205.
[3] Ibid.
hlm. 207.
[4] Ibid.
hlm 205-206.
[5] Hamka, Sejarah
Peradaban Islam Jilid IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1961, hlm. 79.
[6] Ibid.
hlm. 80-82.
[7] Taufik
Abdullah, Sejarah Ummat Islam Indonesia, Jakarta: MUI, 1992, hlm. 55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar