KESEHATAN MENTAL MENURUT PARADIKMA PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk
mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT. Sang penguasa
hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah kami sanggup
menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan Mental Menurut Mazhab Psikologi” ini
dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Agama juga untuk memberikan tambahan wawasan kepada
pembaca mengenai kesehatan mental. Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan
tentang hal tersebut.
Ucapan terimakasih kami persembahkan kepada
teman-teman atas segala masukan dan pemikirannya dalam menanggapi hasil makalah
dari kami. Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan kecil yang dilakukan dengan CINTA
yang BESAR.
Salatiga, Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di zaman kuno, penyakit yang diderita manusia sering dikaitkan
dengan gejala spiritual. Seseorang menderita sakit dihubungkan dengan adanya
gangguan dari roh jahat oleh semacam makhluk halus. Di sela-sela perkembangan
ilmu kedokteran modern, para psikolog dan agamawan mulai melihat gejala
penyakit dari sudut pandang yang berbeda, yaitu mengidentifikasi adanya
hubungan antara kenyakinan beragama dengan penyakit.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan
serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di
akhirat.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
pengertian dari kesehatan mental?
2.
Apa
prinsip dari kesehatan mental?
3.
Ada
berapakah konsep dasar dari kesehatan mental?
4.
Apa
saja langkah dalam kesehatan mental?
5.
Apa
sajakah kriteria kesehatan mental?
6.
Bagaimana
kesehatan mental menurut ilmu psikologi?
7.
Bagaimana
pengaruh agama terhadap kesehatan mental?
8.
Bagaimana
pengaruh Islam terhadap kesehatan mental?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama.
2.
Menambah
wawasan penulis dan pembaca mengenai kesehatan mental.
3.
Memahami
hal-hal yang berkaitan tentang kesehatan mental dalam kehidupan umat Islam
sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu Kesehatan Mental
Ilmu
kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh
pada akhir abad ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. Pada abad
ke-20, ilmu ini berkembang dengan pesatnya, sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan modern. Kesehatan mental dipandang sebagai ilmu praktis yang banyak
dipraktekkan dalm kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan
penyuluhan.[1]
Ilmu
kesehatan mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Sama
seperti pengertian ilmu lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek penting untuk
diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Manusia dalam ilmu ini diteliti
dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Ilmu kesehatan mental
merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari
kata Latin: mens, mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat,
sedangkan hygiene (dari bahasa Yunani: hugiene) berarti ilmu
tentang kesehatan. Mental hygiene menitikberatkan kehidupan kerohanian,
jadi ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental
manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. [2]
Kesehatan
mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri
dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.[3] Ilmu
ini pada hakikatnya bersifat preventif (berusaha mencegah gangguan-gangguan
mental yang ringan) dan tujuannya yang utama adalah untuk memelihara kesehatan
dan efisiensi mental.
B.
Prinsip
Kesehatan Mental
Prinsip
kesehatan mental adalah pondasi yang harus ditegakkan orang dalam dirinya, guna
mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Di antara
prinsip tersebut yaitu:
1.
Gambaran
dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Self image merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan kesehatan
mental. Orang yang dapat menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri, maupun
hubungan dengan orang lain, alam lingkungan dan hubungan dengan Tuhan. Self image
diperoleh dengan cara penerimaan diri, keyakinan diri, dan kepercayaan
kepada diri sendiri.
2.
Keterpaduan
atau integrasi diri
Adaya keseimbangan
antara kekuatan jiwa dalam diri (keseimbangan dalam kekuatan id, ego), kesatuan
pandangan dalam hidup (orang yang memperoleh makna dan tujuan hidup), dan
kesanggupan mengatasi ketegangan emosi (stress).
3.
Perwujudan
diri
Sebagai proses
kematangan diri yang dapat berarti sebagai kemampuan mempergunakan potensi jiwa
dan memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri serta
peningkatan motivasi dan semangat hidup.
4.
Berkemampuan
menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal
Orang yang
memiliki ketiga kemampuan di atas, merupakan tanda dari orang yang sehat
mentalnya.
5.
Berminat
dalam tugas dan pekerjaan
Setiap orang
harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang ditekuninya, karena dengan
demikian bisa ditambah rasa bahagia dan dikurangi penderitaan. Tanpa adanya
minat, orang sulit mendapatkan rasa gembira dalam tugas dan pekerjaannya. Pribadi
yang sehat dan normal adalah pribadi yang aktif dan produktif. Ia dapat
mengembangkan tanggung jawabnya terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan.
6.
Agama,
cita-cita dan falsafat hidup
Dalam pembinaan
dan pengembangan kesehatan mental, oarang membutuhkan agama, seperangkat
cita-cita yang konsisten, dan pandangan hidup yang kukuh.
7.
Pengawasan
diri
Mengadakan pengawasan
terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan, serta kebutuhan, oleh akal
pikiran, merupakan hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat
dan berkepribadian normal.
8.
Rasa
benar dan tanggung jawab
Hal tersebut
penting dalam tingkah laku, karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa,
salah, dan kecewa.[4]
C.
Konsep
Dasar Dalam Kesehatan Mental
Kesehatan
mental memastikan kita menguraikan berbagai konsep-konsep dasar. Diantaranya
yaitu:
1.
Motivasi
Di
antara hal-hal yang disepakati ahli psikologi adalah bahwa manusia tidak
mengerjakan sesuatu aktivitas kecuali jika ada tujuan di balik pekerjaan yang
dikerjakannya itu. Tidak ada seorang mengerjakan pekerjaan tertentu kalau ia
tidak ada tujuan yang ingin dicapainya dengan perbatan itu. Tujuan-tujuan
kadang bersifat pemuasan keperluan biologis, pemuasan keperluan psikologis,
pencapaian nilai-nilai tertentu dan tujuan yang ingin dicapai seseorang melalui
aktivitas yang dikerjaknnya.
Orang-orang
yang bekerja dalam bidang kesehatan mental dan psikologi umumnya, menyadari
bahwa tidak ada jalan untuk memahami dengan mendalam tentang aktivitas
seseorang tanpa memperhitungkan apa yang mendorong seseorang mengerjakan
aktivitas tersebut. Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan
memberi arah terhadap aktivitas manusia. Motivasilah kekuatan yang mengerjakan
dan mendorong aktivitas seseorang dan membimbingnya kearah tujuan-tujuannya.[5]
2.
Pertarungan
psikologikal
Pertarungan
psikologikal adalah terbedahnya seseorang kepada kekuatam-kekuatan yang sama
besarnya yang mendorongnya kepada berbagai jurusan dimana ia tidak sanggup
memilih jurusan tertentu. Dalam keadaan ini seseorang merasa jengkel dan risau
sebab tidak sanggup membuat pilihan.
Contohnya,
seorang siswa yang memasuki ujian dengan keinginan yang kuat untuk lulus (motivasi pencapaian),
motif ini mendorongnya pergi ke tempat ujian itu. Tetapi ia takut gagal, sedang
takut gagal itu adalah motif yang mendorongnya untuk tidak pergi ke tempat
ujian. Di sisi lain, semua murid ingin lulus, sedang mereka juga takut gagal
dalam ujian. Tetapi mereka juga memasuki ujian walaupun merasa takut. Di
sinilah dikatakan murid mengalami suasana pertarungan psikologi.[6]
3.
Kerisauan
Kerisauan
dianggap konsep yang paling banyak muncul dalam berbagai tulisan yang berkenaan
dengan kesehatan mental. Kerisauan adalah pengalaman emosional yang tidak
menggembirakan yang dialami seseorang ketika merasa takut atau ancaman dari
sesuatu yang tidak dapat ditentukan dengan jelas. Biasanya keadaan ini disertai
oleh perubahan fisiologis seperti bertambah cepatnya debaran jantung,
meningkatnya tekanan darah, pingsan, rasa sesak napas, banyak kencing dan tidak
tidur nyenyak. Jadi orang yang bekerja dalam bidang psikologi sepakat tentang
arti kerisauan dan gejalanya.
4.
Cara
membela diri
Keadaan
psikologis yang bertugas menjuruskan atau membebaskan kekuatan psikologis yang
diperlukan kearah yang dituju. Dan pendorongnya adalah motivasi. Selanjutnya
suasana-suasana dimana seseorang itu hidup untuk memuaskan apa-apa yang
diperlukan oleh motivasinya. Dalam hal ini, iapun hidup tanpa masalah.
Membela
diri ini terjadi atau timbul ketika kita mendapatkan suatu desakan atau
tekanan. Motivasi sangat penting dalam upaya membela diri. Motivasi berperan
aktif atau pendorong dalam melakukan pembelaan diri.
D.
Kriteria Kesehatan
Mental
1. Efisiensi Mental
Dari hubungan antara
kesehatan mental dan efisiensi mental telah jelas bahwa efisiensi dapat
digunakan untuk menilai kesehatan mental. Tentu saja kepribadian yang mengalami
gangguan emosional, neurotik, atau tidak ada kuat sama sekali tidak memiliki
kualitas ini.
2. Pengendalian dan integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang
efektif merupakan salah satu tanda yang sangat pasti, dari kepribadian yang
sehat. Berlaku pada proses-proses mental.
Hal yang juga penting
bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah laku, suatu kualitas
yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas pribadi. Pembohong dan
penipu mengalami kekurangan dalam integritas pribadi dan sering kali cirinya
adalah bermental patologik.
3. Integrasi motif-motif serta pengendalian konflik dan frustrasi
Dapat dilihat bahwa
kemampuan untuk mengintegrasikan motivasi-motivasi pribadi dan tetap
mengendalikan konflik dan frustrasi sama pentingnya dengan integrasi pikiran
dan tingkah laku. Konflik yang hebat bisa muncul apabila motif-motif
tidak berintegrasi.Perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang positif dan sehat.
Integrasi yang
dibutuhkan dalam kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan
positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu
dan merusak kestabilan emosi. Perasaan tidak aman yang dalam, tidak adekuat,
bersalah, rendah diri, bermusuhan adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat
menyebabkan mental yang tidak sehat. Sebaliknya, perasaan diterima, cinta,
aman, dan harga diri masing-masing memberi sumbangan pada kestabilan mental dan
dilihat sebagai tanda kesehatan mental.
4. Ketenangan atau Kedamaian Pikiran
Banyak kriteria
penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi kepada ketenangan pikiran,
yang sering kali di singgung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental.
Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, akan muncul ketenangan
mental. Kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lainnya. Ini berarti
kesehatan mental, seperti penyesuaian diri dan tidak diizinkan adanya
simtom-simtom yang melumpuhkan. Respon-respon yang simtomatik,
sepertidelusi-delusi, lamunan, langsung bertentangan dengan kestabilan mental.
Hubungan ini akan menjadi lebih jelas apabila kita menguraikan kodrat dan
fungsi dari respon-respon simtomatik pada bab-bab yang lain.
5. Sikap-sikap yang Sehat
Sikap-sikap mempunyai
kesamaan dengan perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental. Dalam
perjumpaan kita dengan kepribadian yang tidak dapat menyesuaikan diri atau
kalut, kita selalu teringat kepada pentingnya mempertahankan pandangan yang
sehat terhadap hidup. Tidak mungkin kesehatan mental terjadi dalam konteks
kebencian dan prasangka, pesimisme, atau keputusan dan kehilangan harapan.
Sikap-sikap ini terhadap kesehatan mental sama seperti bakteri dan racun
terhadap kesehatan fisik.
6. Konsep diri yang sehat
Apabila kita membaca
sebuah literatur tentang masalah konsep diri, maka kita yakin bahwa kesehatan
mental sangat tergantung pada kualitas ini. Sama seperti seorang harus
mempertahankan orientasi yang sehat terhadap kenyataan objektif, demikian juga
ia harus berpikir sehat tentang dirinya sendiri. Perasaan-perasaan diri yang
tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak aman, atau tidak berharga akan
mengurangi konsep diri yang adekuat. Kondisi ini akan mengganggu hubungan
antara diri dan kenyataan sehingga akan menjadi lebih sulit menemukan kriteria
lain dalam kesehatan mental. Ide ini dapat disamakan dengan penerimaan diri
dalam uraian sebelumnya.
7. Identitas ego yang kuat
Menurut White
“identitas ego adalah diri atau orang dimana ia merasa menjadi dirinya
sendiri”. Dalam perjuangan yang tidak ada hentinya untuk menanggulangi
tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani secara
ancaman-ancaman, dan konflik, maka kita harus berpegang teguh pada identitas
kita sendiri. Kita harus mengetahui kita ini siapa dan apa.
Pada beberapa orang,
identitas ego tidak tumbuh stabil ketika mendekati masa remaja, melainkan akan
terjadi fiksasi pada tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau
regresi pada cara bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat
kemampuan untuk bertindak secara efektif. Menurut White. “Apabila
identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka orang tersebut akan mampu
bertingkah laku lebih konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.
Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat yang khas dari dirinya sendiri,
maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber kegiatannya.”[7]
E.
Langkah
Kesehatan Mental
Ada tiga langkah (metode) yang ditempuh orang dalam mencapai
kesehatan mental, yaitu:
1.
Pengobatan
(kuratif)
Usaha yang
ditempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang mengalami gangguan dan sakit
kejiwaan, sehingga ia dapat menjadi sehat dan wajar kembali.
2.
Pencegahan
(preventif)
Metode yang
digunakan untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain, guna meniadakan atau
mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan
orang lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan dan ketidaktentraman
batin.
3.
Pembinaan
(konstruktif)
Bertujuan untuk
menjaga kondisi mental yang sudah baik, juga meliputi cara yang ditempuh orang
untuk meningkatkan rasa gembira, dan kemampuannya dalam mempergunakan segala
potensi yang ada seoptimal mungkin, seperti apa yang dilakukan orang dalam
memperkuat ingatan dan keribadiannya.[8]
F.
Teori-Teori
Psikologi Dan Konsep Dasar Kesehatan Mental
Dalam hal ini kita akan membicarakan tentang teori-teori dasar
psikologi mengenai kesehatan mental pada manusia. Dalam lingkup psikologi,
kesehatan mental memiliki 3 teori yang sangat mendasar, yaitu Psikoanalisis,
behaviorisme dan humanistik. Dan berikut adalah pembahasannya:
1.
Mazhab
Psikoanalisis
Dalam
mazhab psikoanalisis akan dibahas konsep-konsep utama dalam kesehatan mental
menurut kacamata psikoanalisis ini:
a.
Motivasi
Freud
menggunakan konsep naluri untuk menunjukkan tenaga yang diumpamakan wujudnya
dibelakang kegusaran yang dirasakan seseorang. Dan motivasi dianggap sebagai
sebab pokok bagi semua aktivitas seseorang.
Freud
menafsirkan motivasi-motivasi aktivitas manusia menurut konsep naluri dan
membaginya menjadi 2 bagian. Yang pertama bernama eros, yaitu sebuah
naluri yang mengandung dorongan-dorongan kelamin dan dorongan untuk menjaga
diri. Dan naluri yang kedua adalah tentos (perusak) yaitu sebuah naluri
yang mencerminkan keinginan merusak, menghancurkan segalanya terutama diri
manusia sendiri dalam bentuk maut.
Dari
tulisan diatas sudah menjelaskan bahwa mazhab psikoanalisa dalam usaha
mengungkapkan motivasi-motivasi dasar aktivitas manusia tidak dijumpai
keterangan yang jelas kecuali istilah naluri. Dan ini menjadi sebuah kelemahan
terhadap mazhab psikoanalisa yang secara hakekatnya tidak dapat mengupas tuntas
mengenai makna motivasi dalam aktivitas manusia.
b.
Pertarungan
Para
pengikut psikoanalisa beranggapan bahwa sayang sekali manusia memiliki sebab
keinginannya untuk memuaskan dorongan-dorongan dan motivasi biologisnya selalu
bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku, sikap sosial dan nilai-nilai yang
diterima oleh masyarakat dimana manusia tergolong/terkumpul dalam kelompok
dimana itu semua bertentangan dengan pribadi dan hati nurani.[9]
Freud
dan pengikutnya beranggapan bahwa konflik/pertentangan muncul pada tingkat usia
kanak-kanak, dimana pada usia ini mulai mendapat tekanan-tekanan untuk tidak
bisa bernuat bebas, bermain sepuasnya dan melakukan hal sesuai keinginannya. Lalu
tekanan ini berlangsung dan berlanjut hingga dewasa, dimana setiap individu
harus mentaati peraturan yang berlaku dari lembaga, sosial, agama, orang tua
dan peraturan lainnya. Dan didefinisikan bahwa tekanan adalah proses membela
diri yang kurang sempurna.
c.
Kerisauan
Freud
dianggap sebagai orang pertama yang berbicara soal kerisauan. Dan sebagian
orang juga beranggapan bahwa konsep ini belum tersebar luas sebelum disebut
oleh Freud. Kerisauan menurut freud adalah respon/pengalaman emosional
menyakitkan yang dialami seseorang. Freud membagi 3 jenis kerisauan yaitu
kerisauan objektif, psikotik dan moral. Kolb(1968) menyatakan bahwa kerisauan
dan takut adalah peringatan bahwa ada yang mengancam manusia. Akan tetapi
perasaan takut mempunyai sumber luar yang diketahui oleh orang dan biasanya
takut kepada hal yang mengancam jasmani manusia, seperti takut sakit. Namun
kerisauan adalah apa yang mengancam segi psikologis/ “ancaman terhadap
personaliti seseorang dalam kerangka sosial”.
d.
Cara
Membela Diri
Pada
mazhab psikoanalisa ini telah dijelaskan bahwa tekanan merupakan proses membela
diri yang tidak sempurna, atau dapat kita klaim bahwa tekanan adalah setengah
dari cara membela diri. Pernyataan ini sangat ditentang oleh kaum penganut
mazhab behaviorisme, karena cara ini disebut sebagai pelarian setengah.
Inilah
prinsip dasar psikoanalisa, dimana tidak semua aktivitas manusia dapat
diterangkan atau ditafsirkan. Dan oleh sebab ini, malah menjadi sebuah
kekosongan yang akan di isi oleh faham mazhab lain, terutama mazhab
behaviorisme.
2.
Mazhab
Behaviorisme
Dalam mazhab ini juga akan dijelaskan mengenai konsep-konsep
kesehatan mental, tetapi menurut faham behaviorisme, antara lain ialah:
a.
Pergerakan
(motivasi)
Kalau
freud mengemukakan teori tentang motivasi manusia dalam pola kerangka biologis
dan menekankan pada naluri kelamin yang mendorong tingkah laku manusia dalam
berbagai bentuk aktivitas yang dikerjakan dalam hidupnya, maka behaviorisme
membawa pandangan yang bertentangan sama sekali dengan pandangan psikoanalisa.
Para
pengikut behaviorisme tidak menyangkal naluri sebagai satu jenis motivasi
seseorang, tetapi mereka lebih suka menggunakan konsep motivasi primer yaitu
motivasi yang ada kaitannya dengan fisiologi. Dan selanjutnya merata keseluruh
manusia. Tetapi mereka tidak menempatkannya sejajar dengan anggapan
penyokong-penyokong naluri dalam psikologi.
b.
Pertarungan
Para
pengikut behaviorisme berpendapat bahwa pertarungan psikologi itu muncul ketika
diajukan suatu perangsang kepada benda hidup(organisme) dimana perangsang ini
memiliki kemampuan untuk merangsang dua respon bertentangan yang sama-sama
kuat. Suasana pertarungan itu adalah suasana menakutkan yang menimbulkan dua
respon yang bertentangan dalam waktu-waktu yang berlainan.
c.
Kerisauan
Para
pengikut behaviorisme juga berbicara mengenai kerisauan, tetapi pembicaraan
mereka sangat berbeda dengan pendapat freud, sebab pengikut behaviorisme tidak
menggunakan konsep psikoanalisa tentang jiwa sadar dan tidak sadar.
Mungkin
menarik perhatian bahwa walaupun terdapat perbedaan terhadap dua
golongan(antara psikanalisa dan behaviorisme) , namun mereka sepakat paa
pendapat yang mengatakan bahwa kerisauan itu berkaitan dengan masa lampau
manusia.
d.
Cara
Membela Diri
Di
atas sudah dikatakan bahwa para penganut behaviorisme tidak sependapat dengan
psikoanalisa mengenai cara membela diri dan tidak menggunakan metode setengah
pelarian. Cara membela diri menurut behaviorisme adalah berdasarkan teori-teori
pendidikan. Mereka mengajukan tingkah laku yang dilakukan seseorang ketika ia
menggunakan cara membela diri dalam bentuk tingkah laku yang diperoleh orang
itu yang diambil dari prinsip-prinsip penelitian tentang proses pendidikan.
3.
Mazhab
Humanistik
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pandangan humanisme terhadap
konsep kesehatan mental.
a.
Motivasi
Aliran
humanisme dalam psikologi lebih optimis terhadap pandangan manusia dari pada
aliran-aliran sebelumnya. Dan menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat
kekuatan sendiri.
Maslow
dianggap sebagai salah seorang yang memberi sumbangan terbesar dalam golongan
ini . dan Maslow menyatakan bahwa motiv-motiv manusia tersusun seperti piramid
yang mempunyai tingkat yang bersusun dan mendefinisikannya sebagai
tingkat-tingkat kebutuhan manusia, mulai dari
kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan ketentraman, kebutuhan terhadap
kasih sayang, kebutuhan dihargai sampai pada kebutuhan untuk mengaktualisasi
diri.
b.
Pertarungan
Para
penganut humanis, menganggap pertarungan ini ada pada seseorang jika ia
menghadapi suatu suasana yang mengandung sesuatu yang menghalangi mewujudkan
kemanusiaan yang sempurna, maka pertarungan ini berlaku antara kemauan
seseorang untuk mewujudkan kemanusiaannya dan kekuatan-kekuatan yang
menghambatnya.
c.
Kerisauan
Humanis
berpendapat bahwa manusia itu adalah satu-satunya organisme yang menyadari
bahwa kesadarannya itu pasti, kemudian beranggapan bahwa kematian mungkin bisa
terjadi sewaktu-waktu an atsa asar kematian itu dapat terjai kapanpun, maka
mereka berharap secara tiba-tiba itulah yang disebut perangsang pokok bagi
kerisauan pada manusia. Maut itu adalah bentuk adalah bentuk mutlak pada
ketidakwujudan, oleh sebab itu ia adalah perangsang dasar terhadap kerisauan.
Pengikut
aliran ini berpendapat bahwa kerisauan manusia timbul dari kesadarannya
terhadap kesadarannya, masa depan mungkin akan mengancam wujud seseorang dan
menghalanginya untuk mencpai kehidupan kemanusiaannya yang sempurna. Kegagalan
adalah satu gejala ketidakwujudan dan berlakunya kemungkinan.[10]
G.
Agama
Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan
mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip,
peraturan-peraturan serta prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang
yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu
merasa tenang, aman dan tenteram. Menurut H.C. Witherington, permasalahan
kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat
lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi dan agama.
Dalam
berkembangnya psikoanalisis, mengobati masalah kesehatan mental ada banyak cara
yang digunakan, yaitu hipnotheria atau pengobatan dengan cara hipnotis.
Dan kemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi dan autotherapia
(penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan
obat-obatan biasa. Usaha yang dilakukan untuk mengobati pasien yang menderita
penyakit jiwa, dalam kasus-kasus tertentu biasanya dihubungkan dengan aspek
kenyakinan masing-masing.
Kenyakinan
agama dengan kesehatan mental ada hubungannya. Pengobatan penyakit batin
melalui bantuan agama telah banyak dipraktekkan orang. Contohnya yaitu adanya
gerakan christian science, yaitu pengobatan pasien dengan cara kerjasama
antara dokter, psikiater dan ahli agama (pendeta). Di sini tampak nilai manfaat
dari ilmu jiwa agama. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan
hubungan antara agama sebagai kenyakinan dan kesehatan mental, terletak pada
sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi.
Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri
seseorang sehingga menimbulkan perasaan positif seperti bahagia, senang, puas,
merasa dicintai atau rasa aman.
Agaknya
cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan
ibadah secara rutin. Pelaksanaan ibada agama akan memberikan pengaruh dalam
menanamkan keluhuran budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses
sebagai pengabdi Tuhan yang setia.[11]
Maka ibadah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuka
pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat
dalam diri sendiri dan sekitarnya.
H.
Pandangan
Islam Terhadap Kesehatan Mental
Pandangan
Islam terhadap kesehatan mental antara lain dapat dilihat dari peranan Islam
itu sendiri bagi kehidupan manusia, yaitu:
1.
Agama
Islam meberikan tugas (ibadah) dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan
di akhirat. Di dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan, Islam juga
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia.
2.
Ajaran
Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan
mengatasi kesulitannya, seperti dengan cara sabar dan shalat.
3.
Membantu
orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghanyatan
nilai-nilai ketaqwaan dan keteladanan yang diberikan Muhammad saw.
4.
Memberikan
tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir, yakni melalui wahyu.
5.
Merupakan
obat bagi jiwa, yakni obat bagi segala penyakit hati yang terdapat dalam diri.
6.
Memberikan
tuntunan dalam mengadakan hubungan yang baik, baik dengan diri sendiri, orang
lain dan dengan lingkungannya.
7.
Berperan
dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat, serta mencegahnya dari
berbuat jahat dan maksiat.
8.
Dapat
memenuhi kebutuhan psikis manusia.
Peranan
agama Islam di atas dapat membantu orang dalam mengobati jiwanya dan
mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental.
Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, orang dapat memperoleh kebahagiaan
dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.[12]
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan
serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di
akhirat. Di dalam mempelajari kesehtan mental, kita bisa menemukan prinsip, konsep
dasar dan teori-teori kesehatan mental.
B.
Penutup
Sekian makalah yang dapat kami
buat, kami sangat menyadari keterbatasan kami sebagai manusia yang tentunya berpengaruh
pada hasil karya kami. Oleh karena itu, apabila karya kami ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kami mohon maaf yang seikhlasnya kepada
segenap pembaca. Semoga makalah kami ini bermanfaat serta dapat menambah
wawasan para pembaca dan kami juga berharap makalah ini dapat diterima sebagai
pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih atas perhatian dan
partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin.
2000. Psikologi Agam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jaya,Yahya. 1994. Spiritualitas
Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian Dan Kesehatan Mental. Bandung:
CV Ruhama.
Langgulung, Hasan.
1986. Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Semium, Yustinus.
2006. Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri Dan
Kesehatan Mental Serta Teori-Teori Yang Terkait. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar