Kamis, 02 Januari 2014

Kesehatan Mental Menurut Paradikma Psikologi

KESEHATAN MENTAL MENURUT PARADIKMA PSIKOLOGI


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT. Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Kesehatan Mental Menurut Mazhab Psikologi” ini dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama juga untuk memberikan tambahan wawasan kepada pembaca mengenai kesehatan mental. Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal tersebut.
Ucapan terimakasih kami persembahkan kepada teman-teman atas segala masukan dan pemikirannya dalam menanggapi hasil makalah dari kami. Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan kecil yang dilakukan dengan CINTA yang BESAR.

Salatiga,  Desember 2013

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Di zaman kuno, penyakit yang diderita manusia sering dikaitkan dengan gejala spiritual. Seseorang menderita sakit dihubungkan dengan adanya gangguan dari roh jahat oleh semacam makhluk halus. Di sela-sela perkembangan ilmu kedokteran modern, para psikolog dan agamawan mulai melihat gejala penyakit dari sudut pandang yang berbeda, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antara kenyakinan beragama dengan penyakit.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dari kesehatan mental?
2.      Apa prinsip dari kesehatan mental?
3.      Ada berapakah konsep dasar dari kesehatan mental?
4.      Apa saja langkah dalam kesehatan mental?
5.      Apa sajakah kriteria kesehatan mental?
6.      Bagaimana kesehatan mental menurut ilmu psikologi?
7.      Bagaimana pengaruh agama terhadap kesehatan mental?
8.      Bagaimana pengaruh Islam terhadap kesehatan mental?
C.     TUJUAN
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama.
2.      Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai kesehatan mental.
3.      Memahami hal-hal yang berkaitan tentang kesehatan mental dalam kehidupan umat Islam sekarang ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Kesehatan Mental
Ilmu kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 M dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M. Pada abad ke-20, ilmu ini berkembang dengan pesatnya, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Kesehatan mental dipandang sebagai ilmu praktis yang banyak dipraktekkan dalm kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan.[1]
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Sama seperti pengertian ilmu lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek penting untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Manusia dalam ilmu ini diteliti dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin: mens, mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat, sedangkan hygiene (dari bahasa Yunani: hugiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene menitikberatkan kehidupan kerohanian, jadi ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. [2]
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.[3] Ilmu ini pada hakikatnya bersifat preventif (berusaha mencegah gangguan-gangguan mental yang ringan) dan tujuannya yang utama adalah untuk memelihara kesehatan dan efisiensi mental.

B.     Prinsip Kesehatan Mental
Prinsip kesehatan mental adalah pondasi yang harus ditegakkan orang dalam dirinya, guna mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Di antara prinsip tersebut yaitu:
1.      Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Self image merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan kesehatan mental. Orang yang dapat menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri, maupun hubungan dengan orang lain, alam lingkungan dan hubungan dengan Tuhan. Self image diperoleh dengan cara penerimaan diri, keyakinan diri, dan kepercayaan kepada diri sendiri.
2.      Keterpaduan atau integrasi diri
Adaya keseimbangan antara kekuatan jiwa dalam diri (keseimbangan dalam kekuatan id, ego), kesatuan pandangan dalam hidup (orang yang memperoleh makna dan tujuan hidup), dan kesanggupan mengatasi ketegangan emosi (stress).
3.      Perwujudan diri
Sebagai proses kematangan diri yang dapat berarti sebagai kemampuan mempergunakan potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri serta peningkatan motivasi dan semangat hidup.
4.      Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal
Orang yang memiliki ketiga kemampuan di atas, merupakan tanda dari orang yang sehat mentalnya.
5.      Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Setiap orang harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang ditekuninya, karena dengan demikian bisa ditambah rasa bahagia dan dikurangi penderitaan. Tanpa adanya minat, orang sulit mendapatkan rasa gembira dalam tugas dan pekerjaannya. Pribadi yang sehat dan normal adalah pribadi yang aktif dan produktif. Ia dapat mengembangkan tanggung jawabnya terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan.
6.      Agama, cita-cita dan falsafat hidup
Dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan mental, oarang membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten, dan pandangan hidup yang kukuh.
7.      Pengawasan diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan, serta kebutuhan, oleh akal pikiran, merupakan hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan berkepribadian normal.
8.      Rasa benar dan tanggung jawab
Hal tersebut penting dalam tingkah laku, karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah, dan kecewa.[4]

C.     Konsep Dasar Dalam Kesehatan Mental
Kesehatan mental memastikan kita menguraikan berbagai konsep-konsep dasar. Diantaranya yaitu:
1.      Motivasi
Di antara hal-hal yang disepakati ahli psikologi adalah bahwa manusia tidak mengerjakan sesuatu aktivitas kecuali jika ada tujuan di balik pekerjaan yang dikerjakannya itu. Tidak ada seorang mengerjakan pekerjaan tertentu kalau ia tidak ada tujuan yang ingin dicapainya dengan perbatan itu. Tujuan-tujuan kadang bersifat pemuasan keperluan biologis, pemuasan keperluan psikologis, pencapaian nilai-nilai tertentu dan tujuan yang ingin dicapai seseorang melalui aktivitas yang dikerjaknnya.
Orang-orang yang bekerja dalam bidang kesehatan mental dan psikologi umumnya, menyadari bahwa tidak ada jalan untuk memahami dengan mendalam tentang aktivitas seseorang tanpa memperhitungkan apa yang mendorong seseorang mengerjakan aktivitas tersebut. Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Motivasilah kekuatan yang mengerjakan dan mendorong aktivitas seseorang dan membimbingnya kearah tujuan-tujuannya.[5]
2.      Pertarungan psikologikal
Pertarungan psikologikal adalah terbedahnya seseorang kepada kekuatam-kekuatan yang sama besarnya yang mendorongnya kepada berbagai jurusan dimana ia tidak sanggup memilih jurusan tertentu. Dalam keadaan ini seseorang merasa jengkel dan risau sebab tidak sanggup membuat pilihan.
Contohnya, seorang siswa yang memasuki ujian dengan keinginan  yang kuat untuk lulus (motivasi pencapaian), motif ini mendorongnya pergi ke tempat ujian itu. Tetapi ia takut gagal, sedang takut gagal itu adalah motif yang mendorongnya untuk tidak pergi ke tempat ujian. Di sisi lain, semua murid ingin lulus, sedang mereka juga takut gagal dalam ujian. Tetapi mereka juga memasuki ujian walaupun merasa takut. Di sinilah dikatakan murid mengalami suasana pertarungan psikologi.[6]
3.      Kerisauan
Kerisauan dianggap konsep yang paling banyak muncul dalam berbagai tulisan yang berkenaan dengan kesehatan mental. Kerisauan adalah pengalaman emosional yang tidak menggembirakan yang dialami seseorang ketika merasa takut atau ancaman dari sesuatu yang tidak dapat ditentukan dengan jelas. Biasanya keadaan ini disertai oleh perubahan fisiologis seperti bertambah cepatnya debaran jantung, meningkatnya tekanan darah, pingsan, rasa sesak napas, banyak kencing dan tidak tidur nyenyak. Jadi orang yang bekerja dalam bidang psikologi sepakat tentang arti kerisauan dan gejalanya.
4.      Cara membela diri
Keadaan psikologis yang bertugas menjuruskan atau membebaskan kekuatan psikologis yang diperlukan kearah yang dituju. Dan pendorongnya adalah motivasi. Selanjutnya suasana-suasana dimana seseorang itu hidup untuk memuaskan apa-apa yang diperlukan oleh motivasinya. Dalam hal ini, iapun hidup tanpa masalah.
Membela diri ini terjadi atau timbul ketika kita mendapatkan suatu desakan atau tekanan. Motivasi sangat penting dalam upaya membela diri. Motivasi berperan aktif atau pendorong dalam melakukan pembelaan diri.

D.    Kriteria Kesehatan Mental
1.      Efisiensi Mental
Dari hubungan antara kesehatan mental dan efisiensi mental telah jelas bahwa efisiensi dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Tentu saja kepribadian yang mengalami gangguan emosional, neurotik, atau tidak ada kuat sama sekali tidak memiliki kualitas ini.
2.      Pengendalian dan integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang efektif merupakan salah satu tanda yang sangat pasti, dari kepribadian yang sehat. Berlaku pada proses-proses mental.
Hal yang juga penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas pribadi. Pembohong dan penipu mengalami kekurangan dalam integritas pribadi dan sering kali cirinya adalah bermental patologik.
3.      Integrasi motif-motif serta pengendalian konflik dan frustrasi
Dapat dilihat bahwa kemampuan untuk mengintegrasikan motivasi-motivasi pribadi dan tetap mengendalikan konflik dan frustrasi sama pentingnya dengan integrasi pikiran dan tingkah laku.  Konflik yang hebat bisa muncul apabila motif-motif tidak berintegrasi.Perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang positif dan sehat.
Integrasi yang dibutuhkan dalam kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu dan merusak kestabilan emosi. Perasaan tidak aman yang dalam, tidak adekuat, bersalah, rendah diri, bermusuhan adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental yang tidak sehat. Sebaliknya, perasaan diterima, cinta, aman, dan harga diri masing-masing memberi sumbangan pada kestabilan mental dan dilihat sebagai tanda kesehatan mental.
4.      Ketenangan atau Kedamaian Pikiran
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi kepada ketenangan pikiran, yang sering kali di singgung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental. Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, akan muncul ketenangan mental. Kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lainnya. Ini berarti kesehatan mental, seperti penyesuaian diri dan tidak diizinkan adanya simtom-simtom yang melumpuhkan. Respon-respon yang simtomatik, sepertidelusi-delusi, lamunan, langsung bertentangan dengan kestabilan mental. Hubungan ini akan menjadi lebih jelas apabila kita menguraikan kodrat dan fungsi dari respon-respon simtomatik pada bab-bab yang lain.
5.      Sikap-sikap yang Sehat
Sikap-sikap mempunyai kesamaan dengan perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental. Dalam perjumpaan kita dengan kepribadian yang tidak dapat menyesuaikan diri atau kalut, kita selalu teringat kepada pentingnya mempertahankan pandangan yang sehat terhadap hidup. Tidak mungkin kesehatan mental terjadi dalam konteks kebencian dan prasangka, pesimisme, atau keputusan dan kehilangan harapan. Sikap-sikap ini terhadap kesehatan mental sama seperti bakteri dan racun terhadap kesehatan fisik.
6.      Konsep diri yang sehat
Apabila kita membaca sebuah literatur tentang masalah konsep diri, maka kita yakin bahwa kesehatan mental sangat tergantung pada kualitas ini. Sama seperti seorang harus mempertahankan orientasi yang sehat terhadap kenyataan objektif, demikian juga ia harus berpikir sehat tentang dirinya sendiri. Perasaan-perasaan diri yang tidak adekuat, tidak berdaya, rendah diri, tidak aman, atau tidak berharga akan mengurangi konsep diri yang adekuat. Kondisi ini akan mengganggu hubungan antara diri dan kenyataan sehingga akan menjadi lebih sulit menemukan kriteria lain dalam kesehatan mental. Ide ini dapat disamakan dengan penerimaan diri dalam uraian sebelumnya.
7.      Identitas ego yang kuat
Menurut White “identitas ego adalah diri atau orang dimana ia merasa menjadi dirinya sendiri”. Dalam perjuangan yang tidak ada hentinya untuk menanggulangi tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani secara ancaman-ancaman, dan konflik, maka kita harus berpegang teguh pada identitas kita sendiri. Kita harus mengetahui kita ini siapa dan apa.
Pada beberapa orang, identitas ego tidak tumbuh stabil ketika mendekati masa remaja, melainkan akan terjadi fiksasi pada tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau regresi pada cara bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat kemampuan untuk bertindak secara efektif.  Menurut White. “Apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka orang tersebut akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat yang khas dari dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber kegiatannya.”[7]

E.     Langkah Kesehatan Mental
Ada tiga langkah (metode) yang ditempuh orang dalam mencapai kesehatan mental, yaitu:
1.      Pengobatan (kuratif)
Usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang mengalami gangguan dan sakit kejiwaan, sehingga ia dapat menjadi sehat dan wajar kembali.
2.      Pencegahan (preventif)
Metode yang digunakan untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain, guna meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan dan ketidaktentraman batin.
3.      Pembinaan (konstruktif)
Bertujuan untuk menjaga kondisi mental yang sudah baik, juga meliputi cara yang ditempuh orang untuk meningkatkan rasa gembira, dan kemampuannya dalam mempergunakan segala potensi yang ada seoptimal mungkin, seperti apa yang dilakukan orang dalam memperkuat ingatan dan keribadiannya.[8]

F.      Teori-Teori Psikologi Dan Konsep Dasar Kesehatan Mental
Dalam hal ini kita akan membicarakan tentang teori-teori dasar psikologi mengenai kesehatan mental pada manusia. Dalam lingkup psikologi, kesehatan mental memiliki 3 teori yang sangat mendasar, yaitu Psikoanalisis, behaviorisme dan humanistik. Dan berikut adalah pembahasannya:
1.    Mazhab Psikoanalisis
Dalam mazhab psikoanalisis akan dibahas konsep-konsep utama dalam kesehatan mental menurut kacamata psikoanalisis ini:
a.    Motivasi
Freud menggunakan konsep naluri untuk menunjukkan tenaga yang diumpamakan wujudnya dibelakang kegusaran yang dirasakan seseorang. Dan motivasi dianggap sebagai sebab pokok bagi semua aktivitas seseorang.
Freud menafsirkan motivasi-motivasi aktivitas manusia menurut konsep naluri dan membaginya menjadi 2 bagian. Yang pertama bernama eros, yaitu sebuah naluri yang mengandung dorongan-dorongan kelamin dan dorongan untuk menjaga diri. Dan naluri yang kedua adalah tentos (perusak) yaitu sebuah naluri yang mencerminkan keinginan merusak, menghancurkan segalanya terutama diri manusia sendiri dalam bentuk maut.
Dari tulisan diatas sudah menjelaskan bahwa mazhab psikoanalisa dalam usaha mengungkapkan motivasi-motivasi dasar aktivitas manusia tidak dijumpai keterangan yang jelas kecuali istilah naluri. Dan ini menjadi sebuah kelemahan terhadap mazhab psikoanalisa yang secara hakekatnya tidak dapat mengupas tuntas mengenai makna motivasi dalam aktivitas manusia.
b.    Pertarungan
Para pengikut psikoanalisa beranggapan bahwa sayang sekali manusia memiliki sebab keinginannya untuk memuaskan dorongan-dorongan dan motivasi biologisnya selalu bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku, sikap sosial dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat dimana manusia tergolong/terkumpul dalam kelompok dimana itu semua bertentangan dengan pribadi dan hati nurani.[9]
Freud dan pengikutnya beranggapan bahwa konflik/pertentangan muncul pada tingkat usia kanak-kanak, dimana pada usia ini mulai mendapat tekanan-tekanan untuk tidak bisa bernuat bebas, bermain sepuasnya dan melakukan hal sesuai keinginannya. Lalu tekanan ini berlangsung dan berlanjut hingga dewasa, dimana setiap individu harus mentaati peraturan yang berlaku dari lembaga, sosial, agama, orang tua dan peraturan lainnya. Dan didefinisikan bahwa tekanan adalah proses membela diri yang kurang sempurna.
c.    Kerisauan
Freud dianggap sebagai orang pertama yang berbicara soal kerisauan. Dan sebagian orang juga beranggapan bahwa konsep ini belum tersebar luas sebelum disebut oleh Freud. Kerisauan menurut freud adalah respon/pengalaman emosional menyakitkan yang dialami seseorang. Freud membagi 3 jenis kerisauan yaitu kerisauan objektif, psikotik dan moral. Kolb(1968) menyatakan bahwa kerisauan dan takut adalah peringatan bahwa ada yang mengancam manusia. Akan tetapi perasaan takut mempunyai sumber luar yang diketahui oleh orang dan biasanya takut kepada hal yang mengancam jasmani manusia, seperti takut sakit. Namun kerisauan adalah apa yang mengancam segi psikologis/ “ancaman terhadap personaliti seseorang dalam kerangka sosial”.
d.   Cara Membela Diri
Pada mazhab psikoanalisa ini telah dijelaskan bahwa tekanan merupakan proses membela diri yang tidak sempurna, atau dapat kita klaim bahwa tekanan adalah setengah dari cara membela diri. Pernyataan ini sangat ditentang oleh kaum penganut mazhab behaviorisme, karena cara ini disebut sebagai pelarian setengah.
Inilah prinsip dasar psikoanalisa, dimana tidak semua aktivitas manusia dapat diterangkan atau ditafsirkan. Dan oleh sebab ini, malah menjadi sebuah kekosongan yang akan di isi oleh faham mazhab lain, terutama mazhab behaviorisme.
2.      Mazhab Behaviorisme
Dalam mazhab ini juga akan dijelaskan mengenai konsep-konsep kesehatan mental, tetapi menurut faham behaviorisme, antara lain ialah:
a.    Pergerakan (motivasi)
Kalau freud mengemukakan teori tentang motivasi manusia dalam pola kerangka biologis dan menekankan pada naluri kelamin yang mendorong tingkah laku manusia dalam berbagai bentuk aktivitas yang dikerjakan dalam hidupnya, maka behaviorisme membawa pandangan yang bertentangan sama sekali dengan pandangan psikoanalisa.
Para pengikut behaviorisme tidak menyangkal naluri sebagai satu jenis motivasi seseorang, tetapi mereka lebih suka menggunakan konsep motivasi primer yaitu motivasi yang ada kaitannya dengan fisiologi. Dan selanjutnya merata keseluruh manusia. Tetapi mereka tidak menempatkannya sejajar dengan anggapan penyokong-penyokong naluri dalam psikologi.
b.    Pertarungan
Para pengikut behaviorisme berpendapat bahwa pertarungan psikologi itu muncul ketika diajukan suatu perangsang kepada benda hidup(organisme) dimana perangsang ini memiliki kemampuan untuk merangsang dua respon bertentangan yang sama-sama kuat. Suasana pertarungan itu adalah suasana menakutkan yang menimbulkan dua respon yang bertentangan dalam waktu-waktu yang berlainan.
c.    Kerisauan
Para pengikut behaviorisme juga berbicara mengenai kerisauan, tetapi pembicaraan mereka sangat berbeda dengan pendapat freud, sebab pengikut behaviorisme tidak menggunakan konsep psikoanalisa tentang jiwa sadar dan tidak sadar.
Mungkin menarik perhatian bahwa walaupun terdapat perbedaan terhadap dua golongan(antara psikanalisa dan behaviorisme) , namun mereka sepakat paa pendapat yang mengatakan bahwa kerisauan itu berkaitan dengan masa lampau manusia.
d.   Cara Membela Diri
Di atas sudah dikatakan bahwa para penganut behaviorisme tidak sependapat dengan psikoanalisa mengenai cara membela diri dan tidak menggunakan metode setengah pelarian. Cara membela diri menurut behaviorisme adalah berdasarkan teori-teori pendidikan. Mereka mengajukan tingkah laku yang dilakukan seseorang ketika ia menggunakan cara membela diri dalam bentuk tingkah laku yang diperoleh orang itu yang diambil dari prinsip-prinsip penelitian tentang proses pendidikan.
3.      Mazhab Humanistik
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pandangan humanisme terhadap konsep kesehatan mental.
a.       Motivasi
Aliran humanisme dalam psikologi lebih optimis terhadap pandangan manusia dari pada aliran-aliran sebelumnya. Dan menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat kekuatan sendiri.
Maslow dianggap sebagai salah seorang yang memberi sumbangan terbesar dalam golongan ini . dan Maslow menyatakan bahwa motiv-motiv manusia tersusun seperti piramid yang mempunyai tingkat yang bersusun dan mendefinisikannya sebagai tingkat-tingkat kebutuhan manusia, mulai dari  kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan ketentraman, kebutuhan terhadap kasih sayang, kebutuhan dihargai sampai pada kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.
b.      Pertarungan
Para penganut humanis, menganggap pertarungan ini ada pada seseorang jika ia menghadapi suatu suasana yang mengandung sesuatu yang menghalangi mewujudkan kemanusiaan yang sempurna, maka pertarungan ini berlaku antara kemauan seseorang untuk mewujudkan kemanusiaannya dan kekuatan-kekuatan yang menghambatnya.
c.       Kerisauan
Humanis berpendapat bahwa manusia itu adalah satu-satunya organisme yang menyadari bahwa kesadarannya itu pasti, kemudian beranggapan bahwa kematian mungkin bisa terjadi sewaktu-waktu an atsa asar kematian itu dapat terjai kapanpun, maka mereka berharap secara tiba-tiba itulah yang disebut perangsang pokok bagi kerisauan pada manusia. Maut itu adalah bentuk adalah bentuk mutlak pada ketidakwujudan, oleh sebab itu ia adalah perangsang dasar terhadap kerisauan.
Pengikut aliran ini berpendapat bahwa kerisauan manusia timbul dari kesadarannya terhadap kesadarannya, masa depan mungkin akan mengancam wujud seseorang dan menghalanginya untuk mencpai kehidupan kemanusiaannya yang sempurna. Kegagalan adalah satu gejala ketidakwujudan dan berlakunya kemungkinan.[10]
G.    Agama Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi dan agama.
Dalam berkembangnya psikoanalisis, mengobati masalah kesehatan mental ada banyak cara yang digunakan, yaitu hipnotheria atau pengobatan dengan cara hipnotis. Dan kemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi dan autotherapia (penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan biasa. Usaha yang dilakukan untuk mengobati pasien yang menderita penyakit jiwa, dalam kasus-kasus tertentu biasanya dihubungkan dengan aspek kenyakinan masing-masing.
Kenyakinan agama dengan kesehatan mental ada hubungannya. Pengobatan penyakit batin melalui bantuan agama telah banyak dipraktekkan orang. Contohnya yaitu adanya gerakan christian science, yaitu pengobatan pasien dengan cara kerjasama antara dokter, psikiater dan ahli agama (pendeta). Di sini tampak nilai manfaat dari ilmu jiwa agama. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai kenyakinan dan kesehatan mental, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga menimbulkan perasaan positif seperti bahagia, senang, puas, merasa dicintai atau rasa aman.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ibadah secara rutin. Pelaksanaan ibada agama akan memberikan pengaruh dalam menanamkan keluhuran budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia.[11] Maka ibadah merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri sendiri dan sekitarnya.

H.    Pandangan Islam Terhadap Kesehatan Mental
Pandangan Islam terhadap kesehatan mental antara lain dapat dilihat dari peranan Islam itu sendiri bagi kehidupan manusia, yaitu:
1.      Agama Islam meberikan tugas (ibadah) dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Di dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan, Islam juga memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia.
2.      Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kesulitannya, seperti dengan cara sabar dan shalat.
3.      Membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghanyatan nilai-nilai ketaqwaan dan keteladanan yang diberikan Muhammad saw.
4.      Memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir, yakni melalui wahyu.
5.      Merupakan obat bagi jiwa, yakni obat bagi segala penyakit hati yang terdapat dalam diri.
6.      Memberikan tuntunan dalam mengadakan hubungan yang baik, baik dengan diri sendiri, orang lain dan dengan lingkungannya.
7.      Berperan dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat, serta mencegahnya dari berbuat jahat dan maksiat.
8.      Dapat memenuhi kebutuhan psikis manusia.
Peranan agama Islam di atas dapat membantu orang dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, orang dapat memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.[12]


BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Di dalam mempelajari kesehtan mental, kita bisa menemukan prinsip, konsep dasar dan teori-teori kesehatan mental.

B.     Penutup
Sekian makalah yang dapat kami buat, kami sangat menyadari keterbatasan kami sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya kami. Oleh karena itu, apabila karya kami ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kami mohon maaf yang seikhlasnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah kami ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan para pembaca dan kami juga berharap makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2000. Psikologi Agam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.       
            Jaya,Yahya. 1994. Spiritualitas Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian Dan Kesehatan Mental. Bandung: CV Ruhama.
            Langgulung, Hasan. 1986. Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
            Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri Dan Kesehatan Mental Serta Teori-Teori Yang Terkait. Yogyakarta: Kanisius.



                [1] Yahya Jaya, Spiritualitas Islam Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian Dan Kesehatan Mental, Bandung: CV Ruhama, 1994. hlm. 75.
                [2] Yustinus Semium, Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri Dan Kesehatan Mental Serta Teori-Teori Yang Terkait, Yogyakarta: Kanisius, 2006. hlm. 22-23.
                [3] Yahya Jaya, op.cit. hlm. 77.
                [4] Ibid. hlm. 82-84.
                [5] Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986. hlm. 52-53.
                [6] Ibid. hlm. 58.
                [7] Yustinus Semium, op.cit. hlm. 52-54.
                [8] Yahya Jaya, op.cit. hlm. 85.
                [9] Hasan Langgulung, op.cit. hlm. 94.
                [10] Ibid. hlm. 91-136.
                [11] Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000. hlm. 138-143.
                [12] Yahya Jaya, op.cit. hlm. 86-87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar