MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM
FASE KEMAJUAN PERADABAN
ISLAM KE-2
(KERAJAAN TURKI UTSMANI,
SAFAWI DAN MUGHOL DI INDIA)
Anggota:
Tri Mashudi 111-11-177
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
SALATIGA
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang
cukup untuk mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT.
Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah
kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Fase Kemajuan Peradaban Islam Ke-2”
ini dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam juga untuk memberikan
tambahan wawasan kepada pembaca mengenai fase kemajuan peradaban Islam.
Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal tersebut.
Sumbangan tulisan dan pemikiran
dari teman-teman kelompok dalam penyusunan makalah ini adalah andil besar dalam
terselesainya makalah Sejarah Peradaban Islam ini. Untuk itu ucapan terimakasih
kami persembahkan kepada teman-teman atas segala pemikirannya.
Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan
kecil yang dilakukan dengan CINTA yang BESAR.
Salatiga, November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan
tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastic.
Wilayah kekuasaan tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama
lain bahkan saling memerangi.
Keadaan politik Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki,
Mughal di India, dan Safawi di Persia.[1]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Siapa pendiri kerajaan ini?
2.
Kapan dan berapa lama kerajaan ini bisa bertahan?
3.
Bagaimana sitem dan strategi pemerintahannya?
4.
Kemajuan yang dicapai?
5.
Aliran yang dianut?
6.
Faktor-faktor penyebab kemunduran?
7.
Bagaimana perbedaan kemajuan yang dicapai antara kemajuan Islam 1
dan kemajuan Islam 2?
C.
TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai Fase Kemajuan
Peradaban Islam ke-2.
3. Memahami hal-hal yang berkaitan tentang Fase Kemajuan Peradaban
Islam ke-2 dalam kehidupan umat Islam sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KERAJAAN USMANI
1.
Sejarah Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah Bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Mereka menetap di Asia
Tengah di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad 13 M, mereka
melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di daerah orang
Turki Seljuk. Di sana, dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdiakan diri
kepada Sultan Alauddin II atau Sultan Seljuk. Allauddin menghadiahkan sebidang
tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus
membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.[2]
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya, Usman. Dan Usman inilah yang dianggap pendiri kerajaan Usmani.
Usman memerintah antara tahun 1290 dan 1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuk dan sultan Allauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum
kemudian terpecah belah dan kesempatan bagi Usman untuk menyatakan kemerdekaan
dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itu kerajaan Usmani berdiri. Penguasa pertamanya adalah
Usman atau Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan
dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699
H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Dengan
menaklukkkan Bizantium (1326 M) dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M
kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan, Azmir (Smiria) tahun 1327 M,
Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), serta Gallipoli (1356
M).
Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama ketika,
ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, karena tentara Mongol yang dipimpin oleh
Timur Lenk menyerang Asia Kecil. Petempuran hebat terjadi di Ankara dan tentara
Turki Usmani kalah. Karena kekalahan tersebut penguasa-penguasa Seljuk di Asia
Kecil melepaskan diri dari kerajaan Turki Usmani. Dan terjadi perebutan kekuasaan di kalangan
kerajaan. Suasana ini baru terkontrol ketika dipimpin oleh Sultan Muhammad
(1403-1421 M). Usaha yang di lakukan Muhammad adalah mengadakan perbaikan dan
meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murad
II (1421-1451 M), sehingga puncak kemajuaan Turki Usmani terjadi pada masa
Muhammad II atau Muhammad al-Fatih (1451-1484 M).
Setelah kepemimpinan Muhammad II selesai, digantikan oleh Sultan
Salim I (1512-1520 M) dan pada masa ini terjadi perebutan kekuasaan antara
putera-putera Salim I. Hal ini mengakibatkan Kerajaan Turki Usmani mengalami
kemunduran dan bertahan sampai lima abad kedepan saja.[3]
2.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan Usmani
a.
Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang
yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan kuat.
Karena memiliki keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militer yang
sanggup bertempur kapan dan dimana saja serta pengorganisasian yang baik dan taktik
strategi tempur yang hebat.
Selain itu, membentuk kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari
dan Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberi dorongan yang amat besar
dalam penaklukkan negeri-negeri nonmslim.[4] Di
samping itu ada prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada
pemerintah pusat yang disebut tentara Thaujiah.[5]
Serta angkatan laut.
Faktor utama yang mendorong kemajuan dibidang militer adalah tabiat
bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap
peraturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi di nenek
moyangnya di Asia Tengah.
Keberhasilan di bidang militer ternyata dibarengi dengan kemajuan
di bidang pemerintahan. Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa
tertinggi, di bantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di
bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau bupati.
Dan mempunyai kitab Undang-undang (qanun) atau Multaqa al-abhur,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan.
b.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan,
diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari Persia mereka
mengambil ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana. Organisasi
kemiliteran dan pemeintahan banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran
tentang prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima
dari bangsa Arab.
Bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak begitu menonjol. Mereka
banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan
mesjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi serta seni kaligrafi.[6]
c.
Bidang Keagamaan
Agama mempunyai peranan penting dalam sosial dan politik. Masyarakat
digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan fatwa
para ulama. Mazhab atau aliran yang berkembang di kerajaan ini adalah aliran
Asy’ariyah. Di pihak lain, terdapat kajian ilmu fikih, ilmu kalam, tafsir, dan
hadis.
B.
KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
1.
Sejarah Kerajaan Safawi
Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan
Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan
ini bekembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering
bentrok dengan kerajaan Usmani.
Kerajaan ini menyatakan aliran Syi’ah sebagai mazhab Negara. Karena
itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya
Negara Iran dewasa ini. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat
yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama
Tarekat Safawiyah, di dirikan bersamaan dengan kerajaan Usmani. Pendirinya
adalah Safi al-Din (1252-1334 M).
Safi berasal dari keturunan orang yang beradap dan memilih sufi
sebagai jalan hidupnya. Pada mulanya gerakan Tasawuf Safawiyah bertujuan
memerangi orang-orang yang ingkar, dan memerangi golongan yang mereka sebut
“ahli-ahli bid’ah”. Serta, menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah.
Pada masa Juneid (1447-1460 M), dinasti safawi memperluas gerakan
dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Karena itu, banyak
menimbulkan konflik antara Juneid dengan Kara Koyunlu. Sehingga Juneid kalah
dan diasingkan.
Kemudian setelah itu, banyak sekali pemberontakan dan perebutan
kekuasaan. Mulai perebutan dari Juneid, Haidar putera Juneid, Ali putra Haidar.
Dan kesemuanya terbunuh dalam peperangan.
Kepemimpinan gerakan safawi selanjutnya berada di tangan Ismail (7
tahun) pada tahun 1501 M, dan memiliki pasukan yang bernama Qizilbash
untuk menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur. Akhirnya pasukan ini
berhasil mengalahkannya dan merebut kota Tabriz. Di kota ini Ismail
memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti safawi. Ia disebut juga Ismail I.
Ismail berkuasa selama 23 tahun, pada sepuluh tahun pertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur.[7]
Ismail mengalami kekalahan dengan tentara kerajaan Usmani, karena
kekalahannya ia sering menyendiri, hidup hura-hura dan berburu. Akhirnya terjadi persaingan segi tiga antara pimpinan
suku Turki, pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash. Dan persaingan ini
terus terjadi sampai sepeninggal Ismail sehingga kerajaan Safawi begitu lemah.
Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Safawi
kelima, Abbas I (1588-1628 M) di angkat. Masa kekuasaan Abbas I merupakan
puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara
politik ia mampu mengatasi berbagai hal di dalam negerinya. Dan bisa membuat
kerajaan ini menjadi kuat lagi.
2.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan Safawi
a.
Bidang Ekonomi
Stabiliitas kerajaan pada masa Abbas I ternyata telah memacu
perkembangan perekonomian, karena telah menguasai kepulauan Hurmuz dan
pelabuhan Gumrun. Dan sector perdagangan sangat meningkat.
b.
Bidang Ilmu Penetahuan
Ilmu pengetahuan sangat mengherankan, karena banyak muncul
ilmuan-ilmuan, diantaranya Baha al-Din al-Syaerazi. Banyak ilmu pengetahuan
seperti filsafat, ahli sejarah, dan teologi.
c.
Bidang Pembangunan Fisik dan Seni.
Telah menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang
sangat indah. Membangun mesjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di atas
sungai Zende Rud, dan istana Chihil Sutun.
Di bidang seni, begitu nyata dengan gaya arsitektur
bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada mesjid Shah. Unsur seni lainnya
adalah kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun, mode,
tembikar, dan benda seni lainnya.[8]
C.
KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
1.
Sejarah Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan
Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar umat islam tersebut, kerajaan
inilah yang termuda. Kerajaan Mughal dengan Delhi sebagai ibu kotanya,
didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk.
Babur berambisi ingin menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia
Tengah pada masa itu. Dan akhirnya pada tahun 1494 M, ia berhasil mengalahkan
Samarkand berkat bantuan dari Negara Safawi, Ismail I.
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India
menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Tetapi Babur tetap tak terkalahkan. Pada umur
48 tahun, Babur meninggal dan pemerintahannya berjalan selama 30 tahun. Dan
pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun (1530-1539 M). Pada masa
ini, banyak sekali pemberontakan dan ancaman dari luar. Humayun meninggal
karena terjatuh di tangga perpustakaan Din Panah.
Humayun digantikan oleh anaknya Akbar (14 tahun), karena masih muda
maka kekuasaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Masa Akbar lah
kerajaan Mughal mengalami keemasan dan kejayaan.
Setelah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang
sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan
aliran syi’ah. Bairam Khan memberontak dan dapat terkalahkan di Jullandur tahun
1561 M. Setelah itu, Akbar mulai menyusun progam ekspansi. Ia berhasil
menguasai banyak wilayah yang sangat luas dan wilayah yang diperintahnya diperintah
dalam pemerintahan militeristik.
Akbar juga menerapakan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul
(toleransi universal) atau tidak mengenal kasta dan etnis serta agama.
Kemajuan Akbar yang dicapai dapat dipertahankan sampai tiga sultan selanjutnya:
Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M).
Setelah itu, kemajuan kerajaan tidak dapat dipertahankan oleh raja berikutnya.
2.
Kemajuan-kemajuan Kerajaan
Mughal
Kemajuan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang
diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Diantaranya:
a.
Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal dapat mengembangkan progam pertanian, pertambangan
dan perdagangan. Akan tetapi sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian. Hasil pertanian pada waktu itu adalah biji-bijian, padi,
kacang, tebu, sayur, rempah-rempahan, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan
celupan.
b.
Bidang Seni dan Budaya
Karya seni juga berkembang baik pada waktu itu, daiantaranya karya
sastera gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India.
Karya seni Mughal masih dapat dinikmati sampai sekarang yaitu masjid yang
berlapiskan mutiara dan bangunan yang amat terkenal yaitu Taj Mahal.[9]
D.
PERBEDAAN KEMAJUAN MASA TIGA KERAJAAN BESAR DENGAN MASA KLASIK
(ISLAM KE-1)
Pada masa kejayaan tiga kerajaan ini, umat Islam kembali mengalami
kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai bebeda dengan kemajuan pada masa
klasik. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Dibidang intelektual
kemajuan pada masa tiga kerajan besar tidak seimbang dengan kemajuan di zaman
klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat islam sudah mulai bertaklid kepada
imam-imam besar yang lahir pada masa klasik. Tidak ada lagi ijtihad mutlak,
hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah.
Kalau pada masa klasik umat islam begitu maju dalam bidang politik,
peradaban dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran
filsafat. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masa tiga kerajaan besar adalah
dalam bidang politik, kemiliteran, dan seni, terutama arsitektur.
Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai berbeda dengan
zaman klasik:
1.
Metode berpikir dalam bidang teologi yang berkembang masih
menggunakan metode berpikir tradisional. Terutama dari bidang ilmu pengetahuan.
2.
Pada masa klasik islamdalam kebebasan berpikir, berkembang dengan
masuknya pemikiran filsafat Yunani. Tetapi pada masa tiga kerajaan besar tidak
ada.
3.
Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
yang disediakan pada masa klasik, seperti perpustakaan dan karya-karya ilmiah
banyak yang hancur.
4.
Kekuasaan pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa Turki
dan Mongol yang tekenal sebagai bangsa yang suka berperang ketimbang bangsa
yang suka ilmu.
5.
Pusat kekuasaan pada masa ini tidak berada di wilayah arab dan
tidak pula oleh bangsa Arab. Di Safawi berkembang bahasa Persia, di Turki
bahasa Turki dan di India bahasa Urdu. Sehingga tidak ada bahasa persatuan yang
mengikat. [10]
BAB III
KESIMPULAN DAN
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan
tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaan tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama
lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan banyak yang hancur akibat
serangan bangsa Mongol.
Keadaan politik Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki,
Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama
berdiri, juga yang terbesar dan yang paling lama bertahan disbanding dua
kerajaan lainnya.
B.
PENUTUP
Sekian
makalah yang dapat kami buat, kami sangat menyadari keterbatasan kami sebagai
manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya kami. Oleh karena itu,
apabila karya kami ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kami
mohon maaf yang seikhlasnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah kami ini
bermanfaat serta dapat menambah wawasan para pembaca dan kami juga berharap
makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran.
Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yatim, Badri.1993.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada.
2. Mufrodi, Ali.1997.Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab.Surabaya:Logos.
3. Syalabi, Ahmad.2003.Sejarah Dan Kebudayaan Islam 3.Jakarta:PT.
Pustaka Al Husna Baru.
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm. 129.
[2] Hassan Ibrahim Hassan, loc.cit.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1993), hlm. 129-133.
[4] Syed Mahmudunnasir, loc.cit.
[5] Ahmad Syalabi, loc.cit.
[6] Badri Yatim, op.cit. hlm. 136
[7] P. M. Holt, loc.cit.
[8] Badri Yatim, op.cit. hlm. 138-145.
[9] S. M. Ikram, loc.cit.
[10] Badri Yatim, op.cit. hlm. 138-154.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar