MENGENAL MACAM-MACAM KONDISI QOLBU
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillah, tiada kata yang
cukup untuk mengungkapkan rasa syukur, selain puja dan puji bagi Allah SWT.
Sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenan dari-Nya-lah
kami sanggup menyelesaikan makalah tentang “Mengenal Macam-Macam
Kondisi Qalbu” ini dengan lancar.
Makalah ini disusun selain guna
memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf 2 juga untuk memberikan tambahan
wawasan kepada pembaca mengenai mengenal macam-macam
kondisi qalbu. Sehingga menjadi bertambah pula pengetahuan tentang hal
tersebut.
Sumbangan tulisan dan pemikiran
dari teman-teman kelompok dalam penyusunan makalah ini adalah andil besar dalam
terselesainya makalah Akhlak Tasawuf 2 ini. Untuk itu ucapan terimakasih
kami persembahkan kepada teman-teman atas segala pemikirannya.
Pekerjaan BESAR adalah pekerjaan
kecil yang dilakukan dengan CINTA yang BESAR.
Salatiga, Mei 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kita telah mengetahui dari Al-qur’an bahwa hati kita akan
diminta pertanggungjawaban jika melakukan dosa-dosa. Karena itu tidak benar
orang yang mengatakan bahwa niat yang jelek tidak akan dihukum sebelum niat itu
dilaksankan. Niat yang jelek juga merupakan salah satu penyakit hati.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Mengetahui pengertian Qalb (hati)
2.
Mengetahui macam-macam hati dan perubahan hati
3.
Tanda-tanda penyakit hati, fungsi dan kesehatannya
4.
Contoh dan pengertian penyakit hati
5.
Penyakit hati dan penyakit jiwa
C.
TUJUAN
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf 2.
2.
Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai mengenal macam-macam kondisi hati atau qalb.
3.
Memahami hal-hal yang berkaitan tentang kondisi qalb dalam kehidupan umat Islam sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
MENGENAL MACAM-MACAM KONDISI QALBU
A. Pengertian Hati (Qalb)
Qolb mempunyai dua makna yaitu qolb dalam
bentuk fisik dan dalam bentuk ruh. Dalam bentuk fisik dapat diterjemahkan
sebagai jantung atau juga disebut sebagai mudghah. Orang sering menerjemahkan
qolb di sini sebagai ‘hati’. Nabi menyebutnya sebagai segumpal daging.
Qolb dalam arti ruhaniyah yang mampu melakukan
peng-indrak-an. Idrak adalah memahami, mempersepsi dan menyerapi misalnya
perasaan sedih dan gembira, yang berfikir dan merenungkan itu kekuatan batin
kita yang disebut qolb. Kalau ada orang yang menyebutkan “hatinya hancur”, maka
yang dimaksud bukan jantugnya tetapi ada bagian jiwa orang itu yang hancur.
Rasulullah menggambarkan hati itu seperti
selembar bulu yang tergantung di atas pohon yang ditiup angin, beliau
mengingatkan agar kita berhati-hati menghadapi perubahan itu. Karena itu ada
do’a yang diajarkan nabi untuk mengkokohkan hati, yaitu “teguhkanlah hatiku
dalam agama-Mu”.
Ada suatu cerita ada seorang laki-laki menikah
dengan mahar yang tidak dibayar kontan, sedangkan ia berniat dalam hati untuk
tidak membayarnya, maka ALLAH menghitung laki-laki tersebut berzina. Jadi kita
sebagai hamba Allah harus berhati-hati dalam berniat. Karena apa sesungguhnya
posisi qolb sama seperti pemimpin di tengah-tengah manusia.
Dalam hadis disebutkan,”Sesungguhnya Allah
punya wadah di bumi dan wadah itu adalah hati. Maka sesungguhnya hati yang
dicintai oleh Allah adalah hati yang lembut, yang bersih dan yang kokoh.”[1]
B.
Macam-Macam Hati dan Perubahan Hati
1. Hati mempunyai tiga macam, yaitu :
a. Hati yang terbalik, yaitu hati yang tidak bisa
menampung kebaikan sedikitpun dan itu adalah hati orang kafir[2].
b. Hati yang di dalamnya ada titik hitam, yaitu
yang di dalamnya bertarung antara kebaikan dan kejahatan. Kalau salah satu
kuat, maka yang kuat itulah yang menang.
c. Hati yang terbuka yang di dalamnya ada lampu
(cahaya) yang bersinar-sinar sampai hari kiamat. Itu hati orang mukmin. Ali
mengatakan “hati yang paling baik adalah hati yang paling bisa menyimpan
kebaikan.”[3]
2. Perubahan hati atau kondisi hati
Perubahan atau kondisi hati ada empat macam, yaitu:
a. Hati yang tinggi, yaitu tingginya hati ini
ketika dzikir kepada Allah SWT. Kalau orang senantiasa berdzikir kepada Allah,
maka hatinya akan naik ke tempat yang tinggi[4].
b. Hati yang terbuka, hati ini diperoleh apabila
kita ridho kepada Allah.
c. Hati yang rendah, yaitu terjadi ketika kita
disibukkan dengan hal-hal yang selain Allah.
d. Hati yang mati, yaitu sama sekali melupakan Allah.
Oleh karena itu untuk menjaga agar hati kita
selalu hidup maka ingatlah kepada Allah. Dalam salah satu hadis dikatakan “kalau
hati tidak diisi dengan dzikir, maka ia bagaikan bangkai”. [5]
C. Tanda-Tanda Penyakit Hati, Fungsi dan
Kesehatannya
1. Tanda-tanda penyakit hati
Ketahuilah bahwa setiap anggota badan diciptakan untuk
suatu fungsi tertentu, sedangkan sakitnya anggota badan ialah apabila tidak
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga fungsi itu tidak muncul sama sekali
atau muncul tetapi disertai semacam ketidakstabilan. Sakit tangan atau mata
adalah ketidakstabilan memegang atau melihat. Demikian pula sakitnya hati ialah
tidak berjalannya fungsi penciptaan hati; yaitu menyerap ilmu, hikmah,
dan ma’rifah, mencintai Allah, ibadah kepada-Nya, merasakan kelezatan
dengan mengingat-Nya, mengutamakan semua itu ketimbang semua syahwat, meminta
bantuan semua syahwat dan organ untuk melaksanakan fungsi tersebut. Allah
berfirman :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya : “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56)
2. Fungsi hati
Fungsi hati adalah hikmah dan ma’rifah yang
merupakan keistimewaan jiwa yang dimiliki manusia. Dengan fungsi tersebut
manusia berbeda dengan binatang. Manusia tidak berbeda dari binatang karena
kemampuannya untuk makan, tapi karena mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
Sedangkan asal, pencipta dan penemu sesuatu adalah Allah yang menjadikannya
sebagai sesuatu. Jika manusia mengetahui sagala sesuatu tetapi tidak mengetahui
(ma’rifah) Allah maka ia dianggap tidak mengetahui apa-apa. Tanda ma’rifah
adalah cinta. Siapa yang mengetahui Allah pasti mencinyai-Nya. Sedangkan tanda cinta adalah mengutamakan-Nya
ketimbang dunia atau selain-Nya. Siapa yang lebih mencintai sesuatu ketimbang
Allah maka hatinya sakit. Itulah tanda-tanda penyakit dan dengan hal ini
diketahui bahwa semua hati menderita sakit kecuali yang dikendaki Allah.[6]
Fungsi lain dari hati yaitu tafakur, yaitu yang
dapat mengantarkan manusia ketingkat yang tinggi. Orang yang sering tafakur
disebut Ulul albab. Oleh karena itu, kalau hati kita sakit, maka
tafakurnya akan sakit. Hal ini ditandai dengan rasa gelisah tidak tenteram,
perasaan tidak khusyuk, dan selalu ada rasa was-was.[7]
3. Kesehatannya
Adapun tanda-tanda kepulihan kesehatnnya setelah diterapi
ialah memperhatikan penyakit yang diterapi. Jika penyakit yang diterapi adalah
penyakit kebakhilan maka ia merupakan pembinasa yang menjauhkan diri dari Allah
dimana terapinya adalah dengan memberikan dan menginfaqkan harta tetapi jangan
sampai berlebihan atau mubadzir, karena memerlukan keseimbangan atau
pertengahan diantara keduanya. Maka anda senantiasa mengawasi diri dan
mengenali akhlaq anda dengan kemudahan dan kesulitannya dalam berbuat. Sikap
pertengahan yang sejati antara dua sisi tersebut sangat rumit, bahkan lebih
halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang, maka tidak diragukan
lagi bahwa orang yang bisa menjaga keseimbangan di atas jalan yang lurus di
dunia pasti akan melaju di atas jalan di akhirat.[8]
D.
Penyakit Hati
Penyakit hati ada dua macam, yaitu
1. Bentuk penyakit yang meniadakan berbagai maqam
hati. Misalnya riya’ dan kemusyrikan dan menafikan tauhid dan ubudiyah
sedangkan cinta kepemimpinan, cinta kedudukan, dan cinta dunia meniadakan
zuhud.[9]
Contoh dan pengertiannya :
a. Kufur; yaitu tidak beriman kepada Allah dan
rasul-Nya, baik dengan mendustakan-Nya atau tidak mendustakan-Nya, seperti
mengingkari aksiomatika agama atau melaksanakan salah satu hal yang membatalkan
syahadatain karena kekafiran merupakan kegelapan yang membatalkan amal.
b. Nifaq; dibagi menjadi dua, yaitu nifaq
nazhari dan nifaq ‘amali. Nifaq nazhari ialah bahwa keyakinannya
tentang hakikat islam bertentangan dengan pernyataan keimanannya kepada islam.
Nifaq ‘amali ialah memiliki akhlaq orang-orang munafiq dalam memberikan
loyalitas kepada orang-orang kafir, berkasih sayang kepada mereka, mendukung
perjuangan mereka, menyalahi janji, membiasakan berdusta, atau berkhianat dan
curang.
c. Kefasikan; pelanggaran terhadap perintah Allah
dan kemaksiatan, dengan tidak mendekati berbagai larangan, tidak menyalahi
berbagai perintah, dan menjauhi berbagai perbuatan keji baik yang lahir maupun
yang batin.
d. Bid’ah; dibagi menjadi dua, yaitu bid’ah
kenyakinan (aqidah) dan bid’ah amaliah. Bid’ah kenyakinan adalah dengan
membebaskan diri dari berbagai kenyakinan firqah-firqah yang sesat dan setiap
ideologi yang bertentangan dengan apa yang dianut oleh ahlu sunnah wal jama’ah;
dan bebas dari berbagai bid’ah amaliah. Bid’ah amaliah adalah amal perbuatan
yang tidak dibolehkan oleh para imam ijtihad; barang siapa mengikuti fatwa
salah seorang imam mujtahid di kalngan ahlu sunnah wal jama’ah maka tidak boleh
dikatakan bid’ah, dan barangsiapa melakukan amal perbuatan yang memiliki
landasan dari Rasulullah saw dan para sahabatnya juga tidak dibolehkan oleh
fatwa imam mujtahid maka itulah yang disebut bid’ah amal yang wajib ditaubati.[10]
e. Musyrik; perbuatan menyekutukan Allah dengan
apapun atau memberikan rubbubiyah kepada yang tidak berhak
mendapatkannya, mengacaukan hati manusia sehingga tidak dapat menghadap ke satu
arah dalam ubbudiyah dan talaqqi.
f. Riya’; seseorang beramal shalih dengan maksud
untuk dilihat/dipuji oleh orang lain.
g. Sum’ah; memperdengarkan kepada orang lain
kelebihan dirinya.
h. Cinta kedudukan dan kepemimpinan; penyakit
hati yang mendorong dan memotivasi orang untuk cinta kedudukan dan
kepemimpinan.
i.
Dengki; mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang
didengki. Dengki merupakan salah satu dosa besar. Nabi saw bersabda: “Telah
menyebar di kalangan kalian penyakit umat-umat sebelum kalian, kedengkian dan
kebencian; dia adalah pencukur, saya tidak mengatakan pencukur yang mencukur
rambut tetapi pencukur yang mencukur agama”. (Tirmidzi).
j.
Bakhil; penyakit hati yang dapat menghilangkan iman
seseorang dengan bersikap ‘pelit’.
k. Sombong; meremehkan, meminta dilayani dan
mengharap ketundukan dari orang lain dan kepatuhan terhadap keinginannya.
l.
Ujub; berbangga diri, kekikiran serta memperuntukan hawa
nafsu bagi kehidupan dunia secara umum dan kehidupan islami secara khusus.[11]
2. Bentuk penyakit yang menafikan takhalluq
dengan nama-nama Allah dan peneladanan kepada rasulullah. Misalnya, amarah
bukan pada tempatnya meniadakan kesantunan.
Contonya:
a. Amarah yang zalim; Nabi saw pernah marah,
demikian pula Allah. Jadi, asal amarah itu tidak dianggap aib juga tidak juga
dianggap penyakit. Tetapi hal yang tidak dibenarkan adalah amarah dalam
kebatilan, amarah yang zalim, atau cepat marah dan lambat redanya. Nabi saw bersabda:
“ Orang kuat itu bukanlah orang yang menang gulat tetapi orang kuat adalah
orang yang dapat mengendalikan dirinya pada saat marah” (bukhari dan
muslim).[12]
b. Cinta dunia; perasaan tentram terhadapnya,
perbuatan pecinta dunia dan melupakan akhirat mengakibatkan perbuatan yang
pelakunya berhak dimasukkan kedalam neraka. Allah berfirman:
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4qu‹ysø9$# $u‹÷R‘‰9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎ—ur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ÖèO%s3s?ur ’Îû ÉAºuqøBF{$# ω»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]ø‹xî |=yfôãr& u‘$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßk‹Íku‰ çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm ( ’Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#x‹tã Ó‰ƒÏ‰x© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍ‘ur 4 $tBur äo4qu‹ysø9$# !$u‹÷R‘$!$# žwÎ) ßì»tFtB Í‘rãäóø9$# ÇËÉÈ
Artinya: “ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak.” (al-hadid: 20).[13]
c. Mengikuti hawa nafsu; keinginan manusia yang
mengikuti hawa nafsunya daripada Allah naka dalam diri manusia terdapat
penyakit hati dan hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa yang salah. Allah
berfirman:
Èqs9ur yìt7©?$#
‘,ysø9$#
öNèduä!#uq÷dr&
ÏNy‰|¡xÿs9
ÝVºuq»yJ¡¡9$#
ÞÚö‘F{$#ur
`tBur
ÆÎgŠÏù
4 ö@t/
Nßg»oY÷s?r&
öNÏdÌò2É‹Î/
óOßgsù
`tã
NÏdÌø.ÏŒ
šcqàÊÌ÷è•B
ÇÐÊÈ
Atinya: “ andaikata kebenaran itu mengikuti
hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini.” (al-mu’minuun: 71).
E. Penyakit Hati dan Penyakit Jiwa
Seringkali
kita mendengar adanya penyakit jiwa atau tingkah laku yang tidak normal. Kalau
penyakit hati adalah penyakit karena pertentangannya dengan syariat islam, maka
penyakit jiwa adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang melebihi takaran
normal. Misalnya, orang mandi berjam-jam melebihi takaran kebiasaan orang
normal. Karena orang normal mandi beberapa menit saja. Ukuran lain untuk
penyakit jiwa adalah kalau oang itu sering melakukan tingkah laku yang
mengganggu ketentraman orang lain. Misalnya, eksibisionisme, yaitu
kesenangan membuka atau memamerkan kemaluannya di tempat yang ramai.
Kadang-kadang
penyakit jiwa sering bercampur dengan penyakit hati. Hanya saja penyakit hati
tidak mempunyai kriteria seperti di atas. Penyakit hati ditandai dengan
pertentangannya terhadap syariat islam. Contoh penyakit jiwa yang bercampur
dengan penyakit hati adalah hasad. Karena sifat yang bukan hanya
mengganggu dirinya tetapi juga mengganggu orang lain.[14]
F. Imbauan Untuk Ikhlas
Saudaraku,
sadarlah dan berhati-hatilah dalam tindakanmu. Mintalah dari dirimu
pertanggungjawaban untuk setiap perbuatanmu. Telitilah dirimu dengan cermat,
usahakan untuk menilai perbuatanmu dengan instrospeksi diri. Jika perbuatan
yang kamu lakukan karena Allah, atau
kamu bermaksud agar orang menirumu atau yang lainnya, maka bersyukurlah kepada
Allah. Karena Ia telah memungkinkan kamu bertindak dengan penuh kesadaran dan
kemurnian hati. Maka dari itu bersikap dan bersifat yang Ikhlas.[15]
BAB III
KESIMPULAN DAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa
dalam membahas masalah mengenal macam-macam kondisi Qalbu (hati), maka kita
akan ditemukan berbagai hal. Hal tersebut diantaranya bahwa hati itu terbagi
menjadi dua pengertian yaitu, hati berbentuk fisik (jantung) dan hati yang
berbentuk ruh (perasaan/ruhaniah).
Selanjutnya
kita bisa mengenal macam-macam, kondisi hati, tanda-tanda penyakit hati, fungsi
hati dan kesehatnnya. Banyak hal yang berguna untuk dipelajari mengenai kondisi
hati. Dan kita bisa mengetahui bahwa penyakit hati dengan penyakit jiwa itu
berbeda, tetapi ada penyakit gabungan antara keduanya.
B. Penutup
Sekian
makalah yang dapat kami buat, kami sangat menyadari keterbatasan kami sebagai
manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya kami. Oleh karena itu,
apabila karya kami ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kami
mohon maaf yang seikhlasnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah kami ini
bermanfaat serta dapat menambah wawasan para pembaca dan kami juga berharap
makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih atas perhatian dan
partisipasinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Hawwa, Sa’id. 2004. Intisari Ihya’
Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa. Jakarta: Daarus Salaam.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Renungan-Renungan
Sufistik. Bandung:Mizan.
[2] Kafir di sini termasuk kafir Amali, yaitu kafirnya seorang muslim ketika
seorang muslim tidak mau bersyukur kepada Allah, sementara bila diperingatkan
tidak diperingatkan dia tidak mau mengikuti petunjuk.
[6] Sa’id Hawwa, Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, (Jakarta:
Daarus Salaam, 2004), hlm. 164-165.
[15]Ibid. Hlm. 91-92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar